Batam, News, Politik, Kepri

Gelar Diskusi Publik, Politician Academy Sebut Tantangan Pemilu 2024 Berbeda dari Tahun Sebelumnya

Egi | Jumat 15 Sep 2023 08:56 WIB | 412

Politisi


Politician Academy, Bonggas Chandra paparkan trend dan tantangan pemilu 2024,Kamis (14/9) foto:egi


MATAKEPRI.COM BATAM -- Komisi Pemilihan Umum Kepulauan Riau (KPU Kepri) bersama dengan Direktur Politician Academy menggelar diskusi publik tentang trend dan tantangan Pileg dan Pilkada serentak 2024 di Hotel Davienna Boutique, Batam, Kepri, Kamis (14/9/2023). 


Diskusi publik tentang politik ini dihadiri sejumlah perwakilan partai politik serta para caleg, baik caleg baru, caleg muda, hingga caleg petahana. Yang mana pembicara Politician Academy, Bonggas Chandra akan memberikan trik politik, khususnya bagi para caleg baru yang akan bersaing dengan para caleg petahana untuk bertarung di pileg 2024 mendatang.


"Tujuan dari diskusi ini bertujuan untuk memberikan literasi politik, terutama ke partai politik (parpol) dan para caleg yang akan bertarung di 2024 mendatang. Agar para caleg bisa lebih terbuka dengan realita-realita politik di lapangan, dan bisa menjalankan strategi yang cerdas," ujar Bonggas Chandra usai gelar diskusi. 


Hal tersebut dilakukan agar nantinya para caleg bisa terpilih atau duduk di 2024 mendatang sebagai anggota legislatif dengan cara strategi yang cerdas, bersih, baik, dan elegan. 


"Sehingga pemilu mendatang bisa berjalan dengan baik, terhindar dari kasus hoaks, politik identitas, dan lain sebagainya," bebernya. 


Bonggas juga melihat, bahwa tantangan pemilu dari yang sebelumnya sampai dengan tahun 2024 terdapat tantangan yang berbeda-beda. 


"Pasti ada tantangan, ada hal yang sama dan ada hal yang berbeda. Contohnya, konstelasi politik tahun 2019 dan 2024 berbeda, nasionalnya kita menghadapi rotasi kepemimpinan 10 tahun. 2 periode SBY dan 2 periode Jokowi. Efeknya berbeda, karena calon di 2024 pada baru semua," ungkapnya. 


Berdasarkan survei yang dilakukan, para caleg baru yang hendak maju bertarung pada pileg, biasanya sering dilanda rasa minder kalau sudah bersaing dengan caleg petahana. 


"Wajar kalau caleg baru selalu minder bila berhadapan dengan para caleg petahana. Sebab caleg petahana sendiri memiliki lebih banyak kelebihan misalnya dalam hal finansial," tuturnya. 


"Tapi ternyata secara faktual di lapangan, baik untu DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota, caleg petahana yang berhasil duduk atau terpilih kembali di legislatif itu, angkanya tidak tinggi, bahkan di bawah 50 persen," sambungnya.


Lanjut Bonggas, artinya para caleg baru masih memiliki peluang untuk menang atau terpilihnya sebesar 50 persen lebih untuk bersaing dengan para caleg petahana.


Faktor banyaknya finannsial sendiri, tak dipungkiri oleh Bonggas, sangat penting untuk bertarung di dunia politik. Namun finansial yang besar itu bukanlah segala-galanya dan bukan jadi jaminan pasti terpilih. 


"Di Indonesia, di setiap daerah masih banyak didapati caleg berharta melimpah hingga puluhan miliar rupiah, namun saat maju pencalegan, banyak yang gagal atau tak terpilih," ujarnya.


Artinya, lanjut Bonggas, masalah caleg berharta banyak tapi tak terpilih itu, bukan disebabkan besarnya finansial yang dimilikinya, tapi disebabkan faktor lain seperti salah manajemen dan timsesnya.


"Bagaimana strateginya, bagaimana melakukan mapping dan membranding diri, mengelola manajemen timses dengan tepat dan efektif, itulah faktor utama seorang caleg berhasil terpilih atau duduk di parlemen," terangnya.


Menurutnya, tiap jelang pemilihan, selalu saja banyak para caleg adalah bekerja membranding mendekati hari H pemilihan. Hal itulah yang membuat politik uang makin marak tiap tahunnya semakin meningkat.


"Karena bagaimana mungkin dalam waktu yang singkat, para caleg bisa populer, khususnya caleg baru kalau tak menggunakan cara instan membranding diri dengan cara menjalankan poltik bagi-bagi uang yang semakin marak. Kami menganjurkan para caleg sebaiknya itu berkerja bersosialisasi turun ke masyarakat itu minimal satu tahun atau dua tahun sebelum pemilihan. Kalaupun sekarat DCT belum keluar, sebaiknya para caleg tetap turun ke masyarakat," imbuhnya. 


Kalaupun sosialisasi ke masyarakat diterapkan jauh-jauh hari sebelum pemilihan, Bonggas menegaskan, politik akan lebih sehat karena akan lebih banyak adu gagasan dari pada cara money politic. 


"Namun bila sebaliknya didominasi cara-cara instans dengan menggunakan money politic, maka makin mengentalkan persepsi di masyarakat, bahwa pileg atau politik adalah ajang bagi-bagi uang," pungkasnya (egi)


Redaktur: ZB





Share on Social Media