Kesehatan
Wabah Antraks Serang Desa di Kulon Progo
|
Senin 23 Jan 2017 16:45 WIB
|
2820
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Selama ini di DI Yogyakarta dinyatakan
bebas antraks karena sebelumnya memang tidak pernah ada kasus. Namun
dengan adanya kasus antraks yang terjadi di beberapa dusun di Desa
Purwosari Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo, maka di Desa
Perwosari tersebut dinyatakan positif terjadi wabah antraks.
Hal
itu disampaikan Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur Rasa pada wartawan di Balai Besar Veteriner Wates, Senin (23/1). "Walaupun hanya satu ekor
hewan yang positif antraks dan di daerah tersebut belum pernah ada
kasus maka itu disebut wabah. Sehingga di Desa Purwosari bisa dikatakan
terjadi wabah antraks," jelas mantan Direktur Balai Besar Veteriner
Wates di tahun 2011 hinga akhir 2016 ini.
Agar tidak mengganggu
perekonomian, maka di wilayah Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo dibuat
zona yang dikaitkan dengan titik-titik di mana kasus kematian hewan
ternak terjadi. Untuk itu telah dilakukan pemetaan yang dilihat dari
populasi dan distribusi hewan ini akan mengikuti kondisi geografis.
Dia
mengakui di zona yang paling dekat dengan titik kejadian, hewan ternak
di wilayah tersebut memang sampai sekarang tidak boleh keluar. Untuk itu
dari petugas di Pusat Kesehatan Hewan Girimulyo dan BB Veterinier terus
melakukan pemantauan dan pengambilan sampel. "Pelarangan hewan tidak
boleh keluar sampai kuman antraks di daerah tersebut dinyatakan
negatif," ujarnya.
Menurut Fadjar, di dusun terjadinya kasus
antraks cukup terpencil sehingga agak aneh bila di dusun tersebut
terjadi kasus antraks. Dia mengakui memang dari segi pengetahuan
masyarakat terbatas. Hewan yang mati dianggap biasa sehingga mereka
tidak melapor.
Sementara bagi peternak hewan tersebut berharga.
Sehingga ketika sakit disembelih lalu dikonsumsi, supaya mereka tidak
rugi kalau hewan tersebut mati. "Karena itu mulai sekarang terus
dilakukan sosialisasikan bahwa apabila ada hewan yang sakit, apalagi
mati harus melapor ke Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) yang ada di
setiap kecamatan," tuturnya.
Dia mengakui petugas Puskesmas
memang masih terbatas, sehingga meskipun mereka sudah keliling ke
masyarakat tetapi mungkin di daerah terpencil ada yang terlewatkan.
Sehingga diperlukan juga peran aktif masyarakat. "Dengan kejadian ini
kita ambil hikmah positif bahwa masyarakat harus tahu bila ada penyakit
pada hewan apapun, apalagi penyakit tersebut bisa menyebar ke hewan lain
harus dilaporkan," kata Fadjar menegaskan.
Share on Social Media