News
| Jumat 21 Apr 2017 08:53 WIB | 3026
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Sri Mulyani Indrawati seperti menepati janji untuk kembali ke Indonesia. Bila mengingat 19 Mei 2010, saat farewell party menjelang kepindahannya ke Washington DC sebagai pejabat Bank Dunia, Sri Mulyani pernah berujar, "I love you full. I'll be back".
Enam
tahun berselang, pada 27 Juli 2016, di Rabu siang, Sri Mulyani
benar-benar kembali ke Indonesia, mengisi posisi Menteri Keuangan untuk
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ucapan welcome back begitu bergemuruh di dalam negeri.
Sri
Mulyani menggantikan Bambang Brodjonegoro. Presiden Joko Widodo
(Jokowi) membutuhkan Sri Mulyani untuk mengembalikan kredibilitas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Apalagi pemerintah saat
itu harus memulai program besar bernama tax amnesty atau pengampunan
pajak.
Meski sudah 9 bulan berlalu, masih yang bertanya tentang
apa alasan kepulangan Sri Mulyani? Kenapa harus pulang saat bekerja di
luar negeri adalah impian banyak orang? Apa yang sebenarnya ingin
dicapai Sri Mulyani ketika pulang ke Indonesia? Dan masih banyak
pertanyaan lainnya.
Berikut kutipan wawancara dengan Sri Mulyani seperti yang dimuat di detik.com ,
Meski sudah cukup lama, masih banyak orang yang bertanya kenapa Sri Mulyani kembali ke Indonesia?
Hmmmm kenapa kembali? ya membetulkan APBN dulu. Karena saya anggap mungkin nilai tambah langsungnya adalah bahwa confidents (kepercayaan) menjadi salah satu titik yang menyandung indonesia yang ingin tumbuh secara tinggi dan cepat.
Programnya
Presiden sangat komperhensif dan beliau ingin cepat. Karena sebetulnya
Indonesia selama lebih dari dua dekade kan selalu ada alasan karena
krisis keuangan, ada situasi sehingga kita tidak betul-betul
melaksanakan pertumbuhan dari sisi kebutuhan dasar rakyat.
Apakah
anda bicara tentang infrastruktur dan lain-lain. Jadi jangan sampai
program yang begitu sangat besar, begitu sangat komperhensif itu
tersandung oleh hal yang disebut confidents tadi.
Kembali ke Indonesia, tapi pada posisi yang sama. Apa yang sebenarnya menjadi tujuan Ibu?
Jadi
kalau pertanyaannya kenapa kok mau melakukannya lagi? Karena waktu itu
nampaknya APBN merupakan suatu hal yang sangat kritikal untuk
mengembalikan lagi perasaan bahwa Indonesia itu bukan negara yang sakit
yang dalam kondisi krisis. Negaranya sembuh, sebenarnya cukup stabil.
Bukannya sudah enak Bu, kerja di luar negeri dengan gaji selangit?
Saya
rasa kalau dari sisi personal anda selalu punya ikatan dengan negara
kita sendiri walaupun kita kerja di tempat mana-mana. Kita pernah di
luar negeri berapa kali. Perasaan keterikatan itu yang dimiliki seorang
anak bangsa kalau bisa dikatakan begitu. Jadi saya merasakan itu.
Mungkin
dari sisi kepuasan ya. Kalau kita bekerja di lembaga internasional dan
tidak sebentar, saya cukup lama 6 tahun. Saya sudah pada level yang
sudah tidak bisa lebih tinggi lagi karena jabatan Presiden World Bank
itu politik.
Jadi kita sudah pada satu titik di mana saya merasa
pengalaman saya cukup memadai, saya sudah cukup memiliki reputasi yang
diketahui atau establish-lah di dunia internasional.
Dari sisi
kebutuhan aktualisasi diri apalagi yang ingin dicapai dan di satu sisi
Presiden Indonesia meminta kembali. Saya rasa kita ingin hidup yang
lebih berarti. Kita mengambil penugasan ini dengan suatu kesadaran bahwa
kayaknya kita bisa melakukan sesuatu yang berarti bagi negara.
Cuma
bedanya karena sudah pernah melakukan dan sudah bertambah dengan
pengalaman internasional, kita memiliki perspektif dan mental yang
berbeda. Perspektif itu artinya punya sense mengenai waktu katakanlah
pemerintah itu 5 tahun, apa yang urgent dan apa yang tidak urgent, dan
juga punya pengalaman di mana presiden memiliki suatu advice, bagaimana
ya kalau di negara lain, saya ingin begini, apa pandangannya, saya bisa
memberikan pandangan yang tujuannya di satu sisi ini sama klasik di
berbagai negara.
Banyak pimpinan negara yang punya tujuan yang
baik tapi cara mengorganisir untuk mencapai tujuan itu sangat menentukan
apakah tujuan itu tercapai atau tidak. Karena banyak negara yang
pimpinannya itu retorikanya bagus, tujuannya ke rakyat, tapi tak terjadi
dan bahkan rakyatnya makin menderita.
Bagaimana dengan yang sudah dilakukan Presiden Jokowi? Apa itu juga menjadi alasan Ibu untuk kembali?
Jadi
saya pikir di titik ini Presiden Jokowi memiliki visi sesuai yang
Nawacita bahkan sudah menunjukkan sesuatu yang konkret, ingin membangun
dari pinggiran, ingin benar-benar infrastruktur itu bisa memecahkan
masalah yang kalau ditunda juga enggak hilang, malah makin buruk. Begitu
ya.
Ada kombinasi antara urgensi, pragmatisme tapi juga sangat
strategis untuk kebutuhan masyarakat yang sangat luas.Itu kan sesuatu
yang harus kita amankan dari sisi cara kita mengadakan pendanaan,
pengelolaannya antar tahun, karena membangun infrastruktur kan tidak
setahun selesai. Kayak MRT saja bisa 5 tahun.
Sebagai pembantu Presiden, so
anda membantu Presiden agar apa yang ingin dicapai itu bisa terlaksana
dengan organisasi yang baik, dan tata kelola yang baik, dengan
akuntabilitas yang baik. Sehingga pada akhirnya rakyat juga percaya
bahwa itu memang tujuannya baik untuk kepentingan masyarakat. (***)