Hiburan
| Sabtu 25 Feb 2017 12:06 WIB | 3332
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Sebelum mengunggah foto makanan di Instagram ada baiknya berhati-hati. Sebab pakar menyebut foto makanan bisa bersifat rasis.
Fotografer
makanan profesional, Celeste Noche dari Portland, Amerika Serikat
mengidentifikasi adanya kesalahan umum yang nampak pada unggahan foto
makanan Instagram para foodie ataupun majalah kuliner.
"Ketika
orang tidak meluangkan waktu untuk mengedukasi dirinya tentang budaya
yang berhubungan dengan sebuah makanan, maka mereka berakhir pada
mengabadikan stereotip budaya dan kekeliruan," ujar Noche seperti
dikutip dalam Quartz (24/2).
Ia menambahkan, "Kita tidak pernah keluar dari ide budaya Barat adalah
status quo sehingga yang lain dianggap sebagai 'lainnya.'" Hal ini
menurut Noche menyebabkan orang-orang mengganti cara menghias makanan
yang menurut mereka tidak normal. "Karena mereka tidak mengerti atau
belum mengalami sendiri bagaimana makanan ini bisa ada," sambungnya.
Kesalahan yang sering terjadi ialah fotografer dan penata makanan menggunakan properti tanpa riset sebelumnya. Resep short ribs Filipina dari Andrew Zimmern, misalnya, menyertakan sumpit di dekatnya.
"Sepintas
ini terlihat tak masalah, kecuali bagi masyarakat Filipina yang secara
tradisional menyantap short ribs dengan sendok dan garpu. Atau mereka
hanya menggunakan tangan. Jadi hal ini menunjukkan dia salah
menggeneralisir semua orang Asia," jelas Noche.
Sumpit yang diletakkan di tepian mangkuk atau berdiri vertikal di dalam
mangkuk nasi juga merupakan contoh kesalahan foto makanan yang umum. Hal
ini bisa dilihat kasar dan merupakan simbol kematian di budaya Asia.
Bukan hanya individu, majalah besar sekelas Bon Appetit juga pernah melakukan kesalahan serupa. Kejadian bermula saat majalah menampilkan konten cara makan pho sebenarnya.
Konten
menampilkan chef kulit putih asal Philadelphia menunjukkan cara makan
pho yang dideskripsikannya sebagai "tren makanan." Hal ini membuat
seorang chef Vietnam protes.
Menurutnya Bon Appetit memperlakukan pho seperti makanan tren dan menghiraukan sejarah panjang pho pada budaya Vietnam.
"Mereka
yang menulis, menata, dan memotret makanan kadang meremehkan wewenang
yang diberikan pada makanan yang sebenarnya bukan milknya," tambah
Noche.
Ia menambahkan masalah yang paling umum adalah bagaimana
memberi properti pada makanan non-Barat. Paling sering makanan Asia
disajikan dengan alat makan yang tidak seharusnya.
Masyarakat
Thailand, contohnya, menggunakan garpu bukan sumpit. Tetapi banyak yang
memberi properti sumpit pada foto hidangan Thailand.
Foto-foto
hasil pencarian di Google juga menunjukkan kesalahan umum dimana pho
disajikan dengan sumpit sebagai dekorasi foto. Ada juga foto spaghetti
yang kebanyakan hanya menampilkan spaghetti di latar belakang putih.
Padahal ada stereotip dimana sajian pasta favorit banyak orang ini
disajikan di atas taplak meja berwarna merah putih seperti bendera
Italia.
Pada intinya, fotografi makanan menyampaikan lebih dari sekadar foto makanan. Ada banyak hal yang bisa tercermin darinya.
Noche
menyarankan agar fotografer amatir menyempatkan diri untuk belajar soal
makanan yang akan difoto. "Jika sesuatu nampak tidak familiar untuk
Anda, bicaralah pada orang yang berasal dari budaya tersebut untuk
mempelajari lebih banyak soal makanan yang dimaksud," tambahnya.
Noche
juga menyarankan agar tidak menyebut makanan menjijikkan atau aneh
hanya karena tidak terbiasa melihatnya. "Intinya kita harus berpikir
sebelum mengambil kamera. Gunakan foto makanan sebagai media untuk
berbagi soal cerita orang lain alih-alih memaksakan foto tersebut sesuai
dengan selera pribadi," pungkasnya.