News
| Sabtu 04 Mar 2017 13:08 WIB | 2492
MATAKEPRI.COM, Baghdad - Senjata kimia diduga telah digunakan dalam pertempuran
di Mosul, Irak. Dalam dua hari terakhir, sedikitnya tujuh orang,
termasuk lima anak-anak, mengalami luka-luka akibat paparan senjata
kimia di kawasan tersebut.
Mosul Barat menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan Irak dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) sejak pertengahan bulan lalu. ISIS yang menguasai sebagian besar
wilayah itu, diketahui secara berkala menggunakan senjata kimia yang
belum sempurna dalam serangannya.
"Dalam dua hari terakhir,
rumah sakit (dekat Mosul) menerima lima anak-anak dan dua wanita yang
menunjukkan gejala-gejala klinis yang konsisten dengan paparan juga luka
melepuh akibat gas kimia," terang Direktur Palang Merah Timur Tengah,
Robert Mardini, seperti dilansir AFP, Sabtu (4/3/2017).
"Penggunaan
senjata kimia jelas dilarang di bawah hukum kemanusiaan internasional.
Kami sangat khawatir atas apa yang dilihat kolega kami dan kami mengecam
keras setiap penggunaan senjata kimia, oleh pihak manapun, di mana
saja," tegasnya.
Pernyataan
Mardini itu tidak menjelaskan lebih lanjut, apakah ketujuh warga sipil
itu terluka akibat satu serangan yang sama atau beberapa serangan
berbeda. Tidak diketahui pasti bagaimana senjata kimia itu bisa berada
di Mosul dan siapa yang bertanggung jawab atas penggunaannya.
Sejumlah pejabat militer Irak mengaku tidak memiliki informasi soal serangan senjata kimia di kawasan Mosul, baru-baru ini.
ISIS
menguasai sejumlah besar wilayah penting di utara dan barat ibu kota
Baghdad tahun 2014 lalu. Pasukan Irak yang didukung koalisi pimpinan
Amerika Serikat (AS) dan didukung pihak lain, melakukan perlawanan dan
telah berhasil merebut kembali beberapa kota yang sempat diduduki ISIS.
Kota
Mosul merupakan kota terbesar kedua di Irak. Wilayah barat kota itu
yang paling padat penduduknya, masih dikuasai ISIS. Operasi merebut
Mosul bagian barat dilancarkan sejak 19 Februari lalu hingga kini.