News
| Senin 13 Mar 2017 15:13 WIB | 2412
MATAKEPRI.COM, Kuala Lumpur - Malaysia menyatakan memiliki cukup sekutu untuk
membantu berperang melawan Korea Utara (Korut) jika memang situasi
mengarah ke sana. Hingga kini 9 warga Malaysia masih 'disandera' Korut
terkait ketegangan diplomatik yang dipicu penyelidikan kasus pembunuhan
Kim Jong-Nam.
Berbicara kepada wartawan di gedung parlemen Malaysia, seperti dilansir media lokal Malaysia The Star,
Senin (13/3/2017), Menteri Pertahanan (Menhan) Malaysia Hishamuddin Tun
Hussein menyatakan Malaysia memiliki keuntungan dan bisa unggul jika
terjadi situasi luar biasa, seperti contohnya perang dengan Korut.
"Kita
tidak bisa melawan sendirian negara seperti Korea Utara, yang banyak
fokus pada aset-aset pertahanan miliknya. Tapi kita memiliki keuntungan
sendiri, yang membuat kita bisa bergerak maju ... jangan berpikiran kita
hanya tergantung pada aset kita sendiri," sebut Hishamuddin.
"Namun demikian, lebih baik jika kita tidak mengarah ke sana," tegas Hishamuddin.
Hishamuddin
kemudian mencontohkan penyelidikan tragedi Malaysia Airlines (MAS)
MH370 yang melibatkan banyak negara. Disebutkannya, bahwa ada 26 negara
menawarkan bantuan kepada Malaysia, untuk membantu operasi pencarian dan
penyelamatan.
"Itu menjadi keuntungan bagi kita, jadi jangan terlalu khawatir soal aset di negara kita," ucapnya.
Disebutkan Hishamuddin bahwa kasus pembunuhan Jong-Nam, yang merupakan
kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong-Un, tidak sebesar isu-isu
internasional lainnya. "Anda perlu melihatnya dari sudut pandang yang
adil," imbuhnya.
Penyelidikan kasus Jong-Nam telah memicu
ketegangan diplomatik antara Malaysia dan Korut. Malaysia telah mengusir
Duta Besar Korut dan menarik pulang Duta Besarnya dari Pyongyang. Korut
membalasnya dengan melarang seluruh warga Malaysia meninggalkan
wilayahnya.
Diketahui ada total 11 warga Malaysia di Korut,
dengan dua orang di antaranya telah diperbolehkan pergi pekan lalu.
Hingga kini masih ada 9 warga Malaysia yang terdiri atas 3 staf
diplomatik dan 6 anggota keluarganya yang masih terjebak di Korut.
Malaysia membalas aksi itu dengan melarang warga Korut untuk
meninggalkan wilayahnya.
Secara terpisah, Jaksa Agung Malaysia Mohamed Apandi Ali menyatakan
proses perundingan secara formal antara Malaysia-Korut terus berjalan.
Namun dia memperingatkan bahwa isu ini sangat sensitif sehingga hanya
Perdana Menteri (PM) Najib Razak dan Wakil PM Ahmad Zahid Hamidi yang
bisa berkomentar kepada media terkait isu ini.
"Kami tidak ingin hal apapun membahayakan perundingan yang sedang berlangsung," tutur Apandi Ali kepada wartawan setempat.