| Selasa 18 Apr 2017 12:32 WIB | 17437
Pemandangan Batam dari Bukit Senyum
MATAKEPRI.COM, Batam – Kalangan dunia usaha di Batam tidak bisa
digantung terlalu lama dengan segala ketidakpastian mengenai status Batam.
Seperti sudah mencapai klimaks, sejumlah perusahaan di wilayah ini berangsur – angsur tutup atau
mengalihkan usahanya ke lokasi yang lebih kondusif dan memiliki kepastian hokum.
Kebijakan yang tidak menentu di Batam dinilai menjadi pemicu hengkangnya
banyak perusahaan dari Batam. Pengusaha membutuhkan kepastian hukum dan tidak
adanya hambatan pelayanan dalam berusaha.
Wali Kota Batam, Muhammad Rudi berharap pemerintah pusat segera
mengakhiri sejumlah permasalahan di Batam saat ini. Sebagai kawasan perdagangan
dan pelabuhan bebas (FTZ), Batam sudah tak begitu menarik lagi. Padahal dulu,
banyak pihak yang senang dengan FTZ, lantaran memperoleh berbagai macam
fasilitas seperti bebas bea masuk, logistik pelabuhan, sumber daya manusia
murah dan memadai, serta pasar yang baik.
“Perlahan lah, proses demi proses. Yang jelas memang perusahaan butuh
kepastian hukum dan pelayanan yang cepat,†katanya, Senin (17/4).
Untuk mengantisipasi membludaknya pengangguran, Rudi akan melibatkan
pengangguran untuk bekerja di proyek-proyek pemerintah, seperti pembangunan
jalan dan infrastruktur kelurahan yang memerlukan banyak tenaga kerja. Batam
sebagai daerah kunjungan wisata juga akan diperkuat, sehingga masyarakat
berkesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal.
“Ini menjadi peluang. Kalau wisatawan datang pasti membawa uang.
Industri kreatif kita akan hidup,†ujarnya.
Sementara itu Direktur Humas dan Promosi Badan Pengusahaan (BP) Batam,
Purnomo Andiantono mengatakan, pihaknya terus berupaya mempromosikan Batam agar
bisa menarik banyak investor asing datang. Di antaranya melalui percepatan
perizinan, izin investasi 3 jam (I23J) dan kemudahan investasi langsung
konstruksi (KILK). Terkait banyaknya industri galangan kapal yang gulung tikar,
dia menilai bahwa itu tidak hanya terjadi di Batam, melainkan hampir dialami
seluruh daerah di Indonesia.
“Saat ini BP Batam terus melakukan berbagai cara agar investor-investor
asing mau menanamkan modalnya kembali di Batam,†katanya.
Andi mengaku tidak mengetahui data tutupnya 23 perusahaan di Batam versi
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam. Catatan BP Batam dari Januari 2017
sampai sekarang, baru ada tiga perusahaan yang tutup atau hengkang dari Batam.
“Data kami hanya 700 perusahaan PMA (penanam modal asing) yang
beroperasi. Kalau yang tutup baru tiga,†ungkapnya.
Andi juga membantah kabar manajemen PT Gobel yang sedang melakukan
persiapan penutupan pabriknya di Batam. Menurutnya, perusahaan tersebut sampai
saat ini masih ada dan belum akan hengkang. Hanya saja, saat ini memang belum
mendapatkan proyek baru, sehingga harus berhenti sementara.
“PT Gobel masih ada sampai sekarang, mereka belum tutup. Sekarang karena belum ada proyek saja,†ujarnya. (*)