News
| Kamis 28 Sep 2017 10:54 WIB | 1406
MATAKEPRI.COM, Bali -
Kepedulian terhadap para pengungsi terdampak Gunung Agung berstatus Awas di Bali terus mengalir. Salah
satunya terhadap pendidikan dan penanganan psikologis para anak. Relawan pun
menyelenggarakan Taman Kanak-Kanak (TK).
Pantauan Liputan6.com,
Kamis (28/9/2017), para bocah sekitar usia di bawah lima tahun antusias
mengenakan seragam sekolah berwarna hijau. Mereka mengikuti pembelajaran TK
yang dimulai pukul 08.00 Wita.
Lagu dengan judul "Baby Shark" yang diputar seakan
menjadi alat pemanggil mereka untuk belajar bersama. Kegiatan sendiri
diselenggarakan di pintu kiri GOR Swecapura, Karangasem, Bali.
Setelah berkumpul, anak-anak yang mengenakan kaus bertuliskan
Paud Anak Tanggap itu diminta berbaris dengan merentangkan tangan sebagai
pengukur jarak. Agenda pertama adalah senam.
Usai senam pagi, para bocah diminta bernyanyi bersama.
Percakapan unik pun muncul yang diduga memang efek dari kondisi dan situasi
sekitar, khususnya ancaman erupsi Gunung Agung.
"Kita mau nyanyi balonku. Yang meletus apa?" kata si
ibu guru.
"Gunung," jawab beberapa anak yang disambut senyum ibu
guru dan orangtua yang mendampingi.
Kegiatan lainnya
adalah adu tangkas mengoper bola, membuat karya seni dari lilin, dan meronce.
Raut wajah peserta didik tampak jauh dari kecemasan. Semua saling berkenalan
melalui panggilan absen dengan banyak tertawa dan bercanda.
Ketua
Ikatan Guru TK Indonesia PGRI, Agung menyampaikan, setiap harinya memang
kegiatan selalu dimulai sekitar pukul 08.00 Wita.
"Kita
bergantian setiap harinya mengajar sampai makan siang bersama nanti. Kemudian
ada mendongeng," tutur Agung saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi, Kamis
(28/9/2017).
Ada
empat orang guru perempuan yang siap menangani sekitar 40 anak balita pengungsi
Gunung Agung setiap harinya. Sementara untuk hari ini, terhitung ada 24 anak
yang hadir dalam pembelajaran.
"Ini
sudah dimulai sejak hari Senin, 25 September kemarin," ujar Agung.(liputan6/***)