| Kamis 26 Jan 2017 15:28 WIB | 3140
MATAKEPRI.COM, Yogyakarta- Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Yogyakarta Kasiyarno mengatakan, saat ini etika penelitian di Indonesia
masih sangat rendah. Padahal kata dia, etika penelitian itu sangat
penting di tengah era transparansi dan keterbukaan saat ini.
"Etika
penelitian ini sangat penting, ini menyangkut hak asasi manusia dan
juga transparansi," katanya saat membuka pelatihan etika penelitian
dasar dan lanjut yang digelar Komite Etika Penelitian UAD, Kamis,
(26/1).
Penelitian sendiri diikuti 30 anggota dan pengelola
komite etik di Jawa Tengah dan DIY. Pelatihan menghadirkan komite etik
dari Philipina.
Dikatakan Kasiyarno, masyarakat berhak tahu jika
ada yang menjadikan dirinya sebagai obyek penelitian. Peneliti juga
harus transparan memaparkan penelitiannya kepada masyarakat yang
dijadikan obyek. Saat ini banyak yang hal itu tidak dilakukan termasuk
lembaga-lembaga survei.
"Lembaga survei juga harus memiliki etika
penelitian, tidak boleh tiba-tiba bertanya tanpa memaparkan tujuannya
pada obyek peneliti. Ini bisa digugat," katanya.
Sayangnya kata
dia, saat ini banyak penelitian di Indonesia yang belum memenuhi etika
penelitian ini. Contohnya, penelitian yang menjadikan anak-anak sebagai
obyek. Tidak jarang anak-anak yang jadi obyek tidak diberitahu jika
dijadikan obyek penelitian. "Padahal ini untuk penelitian bagaimanapun
caranya harus diberitahu," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ketua
Komite Etika Penelitian UAD, Akrom. Menurutnya, saat ini banyak
penelitian di UAD yang menggunakan subyek manusia belum dilakukan kaji
etik. "Baru sekitar 10 persen penelitian di UAD yang menggunakan obyek
manusia yang dilakukan uji etik," ujarnya.
Padahal kata dia,
salah satu dasar dalam unsur etika penelitian adalah meminta pernyataan
kesediaan dari obyek sendiri. Ini merupakan dasar penggunaan hak asasi
manusia. Kesediaan sendiri dimintakan pada obyek setelah ada penjelasan
secara komprehensif terkait penelitian tersebut.
"Kenyataanya banyak juga subyek uji atau responden tidak memahami apa tujuan dan manfaat penelitian," katanya.
Bahkan,
banyak kasus penelitian yang mengabaikan aspek kerahasiaan subyek.
Sehingga identitas subyek mudah tersebar di masyarakat. "Apalagi di era
digital seperti saat ini banyak media sosial yang cepat menyebar
contohnya kasus antraks kemarin," ujarnya.
Karena itulah kata
dia, melalui pelatihan ini diharapkan komite etika penelitian di DIY dan
Jawa Tengah gencar mensosialisasikan etika penelitian ke dosen dan para
peneliti yang ada.