News
| Kamis 30 Mar 2017 15:05 WIB | 3028
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Hasil pendataan Survei Pengalaman Hidup
Perempuan Nasional (SPHPN) 2016 menunjukkan satu dari tiga perempuan
usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual
selama hidupnya. Kekerasan dilakukan, baik oleh pasangan maupun selain
pasangan.
Survei dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemen PPPA) pada September 2016. Kepala Badan Pusat Statistik,
Suhariyanto, mengatakan survei ini dirancang untuk melihat besarnya
prevalensi kekerasan terhadap perempuan, mencakup profil korban dan
bentuk-bentuk kekerasannya.
"Berita kekerasan terhadap perempuan
dan anak semakin hari semakin menyebar dan marak. Berita-berita
tersebut diangkat ke media karena korban melaporkan dirinya, padahal
kekerasan terhadap anak dan perempuan merupakan isu sensitif di ranah
domestik atau keluarga sehingga banyak korban malu melaporkan," kata
Suhariyanto, di Kantor BPS Jakarta Pusat, Kamis (30/3).
Suhariyanto
memaparkan, survei yang dilakukan pada 2016 ini merupakan survei khusus
yang pertama kali dilakukan oleh BPS mengenai prevalensi kekerasan
terhadap perempuan. Kuesioner survei ini memgadopsi kuesioner WHO
"Women's health and life experiences," sehingga dapat dibandingkan
dengan negara-negara lain di dunia.
Survei ini melibatkan
perempuan usia 15-64 tahun dari 9000 rumah tangga di berbagai daerah,
baik yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Menurut Suhariyanto,
tingkat respon survei cukup besar, yakni 97,3 persen (8757 rumah
tangga). Sebanyak 243 rumah tangga memutuskan menolak, tidak
representatif, dan tidak bersedia melanjutkan wawancara.
Lanjut
Suhariyanto, survei ini menggali informasi kekerasan yang dialami
perempuan, baik yang pernah menikah dan belum menikah. Kekerasan yang
diteliti meliputi kekerasan fisik, seksual, emosional, ekonomi, serta
pembatasan aktivitas. Jenis kekerasan dibedakan menurut pelaku
kekerasan, yaitu pasangan dan selain pasangan.
Suhariyanto
menambahkan, responden terpilih diwawancarai secara privat, tidak boleh
didampingi siapapun sehingga dapat leluasa menyampaikan informasi yang
sensitif. Petugas, yang semuanya perempuan, juga mendapat pelatihan
khusus tentang wawasan gender dan kekerasan selama sepuluh hari.
"Hasilnya,
33,4 persen, atau 1 dari 3 perempuan usia 15 - 64 tahun di Indonesia
pernah mengalami kekerasan, baik yang dilakukan oleh pasangan maupun
selain pasangan selama hidupnya. Ada 9,4 persen atau 1 dari 10 perempuan
mengalaminya dalam 12 bulan terakhir," ujar Kepala BPS seperti yang dilansir di Republika.
Kekerasan
seksual dan atau fisik cenderung lebih tinggi dialami perempuan yang
tinggal di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Rasionya 36,3 persen
berbanding 29,8 persen. Hasil survei juga memperingatkan, kekerasan
seksual merupakan jenis kekerasan yang paling banyak dilakukan oleh
selain/bukan pasangan kepada perempuan.
Perempuan yang tidak
bekerja, sebut Suhariyanto, lebih rentan mengalami kekerasan dibanding
perempuan yang bekerja dengan prevalensi 35,1 persen. Dari sisi
pendidikan, kekerasan lebih banyak dihadapi oleh perempuan usia 15 - 64
tahun dengan latar belakang pendidikan SMA ke atas (39,4 persen)
dibanding perempuan berpendidikan SD atau SMP. (***)